selamat datang di 1001 cerita hidayah, kumpulan cerita islam yang menggugah iman anda kami menerima saran anda, sampaikan saran, kritik dan berilah penilaian kepada kami dengan mengirimkan email anda ke fitraramadhani395@yahoo.com, ramadhanifitra89@yahoo.com dan berilah penilaian anda kepada kami di bawah alquran online. Pilih salah satu, saran kritik, dan penilaian anda bernilai bagi kami.
Powered By Blogger

Translate

apakah blog ini sudah bagus ?

Minggu, 07 Juli 2013

Pemurtadan di Daerah Bencana

Daerah-daerah bencana ternyata selalu menjadi sasaran kristenisasi dan ajang pemurtadan. Demikian fakta yang terungkap dari diskusi bertajuk “Pemurtadan di Daerah Bencana” yang digelar Forum Umat Islam Bekasi, Ahad, 21 November. Acara ini didukung oleh GAris-Bekasi, YPI Darussalam, GPI-Bekasi, Tabloid Suara Islam, Radio Dakta, VOA-Islam, Bullteni Ad-Dakwah, dan Suara Islam Online. Dalam bingkai Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan (FKSK) ke-7, diskusi yang berlangsung di Masjid Nurul Islam, Islamic Center Bekasi, dihadiri tak kurang dari 250-300 orang, menghadirkan pembicara Ustadz Bernard Abdul Jabbar ( Dewan Da’wah Bekasi), Dr Sarbini (Presidium MER-C), Ustadz Abu Al-Iz (Ketua Front Anti Pemurtadan Bekasi), dan host Dani Wahab dari Radio Dakta. Rasa penasaran, terkesima, haru, marah, bercampur baur menggumpal dalam perasaan para hadirin ketika mendengarkan para pembicara mengisahkan pengalaman mereka berkiprah di daerah-daerah bencana. Ustadz Berdard Abdul Jabbar (mantan pendeta yang kini bergabung dalam Dewan Da’wah Bekasi) menceritakan pengalamannya, bagaimana ratusan anak-anak Aceh korban tsunami dimurtadkan: ”Anak-anak itu diambil dari Aceh, dibawa ke Malang, Sukabumi dan Salatiga untuk di didik menjadi pendeta. Saya harus bertengkar dengan kakak saya yang waktu itu masih biarawati, terlibat pemurtadan anak-anak Aceh”, ujarnya. Bernard menjelaskan bahwa kristenisasi kini tengah menanti tuaian (panen) pada tahun 2020. Pada tahun itu Kristen akan memanen hasil kristenisasi yang diharapkan sudah bisa mencapai separuh dari penduduk Indonesia. Menurut majalah Time umat Islam Indonesia kini tinggal 70 % saja. Pada bencana Mentawai, menurut Bernard, Paus Bennecdictus XVI memerintahkan seluruh potensi Kristen di dunia untuk membantu semaksimal mungkin korban gempa-tsunami Mentawai. Bernard menceritakan kegigihan relawan Kristen terjun dalam kancah korban gempa Mentawai. Hal senada disampaikan pembicara kedua, Dr Sarbini dari MER-C. Berpengalaman dalam berbagai penanggulangan bencana baik di dalam maupun luar negeri, Dr Sarbini mendiskripsikan kristenisasi yang berlangsung dalam bidang kesehatan dan kedokteran : “Rumah sakit, bangsal, dan ruang bedah-operasi selalu menjadi ajang kristenisasi. Orang-orang yang sedang sakit itu dalam kondisi lemah psikologis dan membutuhkan pertolongan. Karena itu, para missionaris selalu akan merebut dan menguasai bangsal-bangsal rumah sakit itu karena menjadi tempat efektif untuk melakukan kristenisasi”, demikian ujar dr. Sarbini yang berpengalaman memergoki kristenisasi di Padang dan Sukabumi. Pembicara terakhir, Abu Al-Iz dengan gaya bicaranya yang amat mengharukan, menarik simpati hadirin. Al-Iz mengisahkan pengalamannya ketika terjun langsung sebagai relawan dalam musibah gunung Merapi, bersinggungan dengan gerakan kristeniasai dan pemurtadan. Kristenisasi dan pemurtadan di daerah bencana sudah merupakan :”perang terbuka”, ujar Al-Iz. Kristeniasi` yang ditemukan Al-Iz, terjadi di Gereja Paroki Kebunarum dan GOR Klaten : Ada seseorang mengaku bernama Mardiono, berpeci, mengenakan kaos bertuliskan “ I Will Follow JESUS Forever”. Di Muntilan, pengungsi Muslim di tampung di rumah-rumah Kristen. Di gereja belakang Pemkab Boyolali 500 Muslim yang ditampung dijejali kristenisasi. Hadirin sangat antusias mengikuti jalannya diskusi. Tanya jawab berlangsung seru dan menggugah emosi. Diskusi berakhir menjelang sholat Ashar, sebelumnya dilakukan penggalangan dana untuk penanggulangan pemurtadan korban gunung Merapi. Acara ditutup dengan doa oleh Ustadz Maulana dari Garis-Bekasi.

Tidak ada komentar: